Bangsa Indonesia dalam persimpangan jalan untuk menentukan pilihan : Apakah kita akan membiarkan situasi yang merendahkan nilai kemanusiaan dan menista kehormatan bangsa, atau membangun kembali kehidupan kebangsaan yang beradab dan bermartabat. Manusia dikaruniai Tuhan Yang Maha Esa Kemerdekaan, persamaan hak, dan martabat, sebagai hak asasi. Karena itu kita memiliki kebebasan untuk menentukan pilihan jalan kehidupan besama. Kita menolak sikap netral dan bebas nilai tatkala perkara keadilan dan nasib bangsa serta masa depan anak cucu kita dipertaruhkan, sebab hal itu, berarti kita mendukung kelanjutan situasi yang ada.
Kita harus memilih.
Kami berhimpun untuk menegaskan pilihan kolektif kita, untuk berkata tidak kepada penistaan kehormatan dan martabat bangsa. Sebagai bangsa kita harus berkata tidak,terhadap kecenderungan menyembah harta benda dan mendahulukan kepentingan sempit. Kecenderungan itulah yang membawa kemerosotan akhlak, kekerasan sosial dan penistaan martabat kemanusiaan, dalam persaingan tanpa moral dan hukum memperebutkan harta benda dan kekuasaan semata.
Kita telah menetapkan pilihan untuk membangun kehidupan kebangsaan dengan berdasar iman dan taqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa. Kita menegaskan pilihan kita untuk menjunjung tinggi nilai persamaan dalam semangat kemanusiaan dan kebersamaan sebagai bangsa tanpa membedakan asal usul keturunan, etnis, suku, dan keyakinan agama maupun kelas ekonomi. Kita sadar bahwa persamaan sebagai dasar untuk mewujudkan cita-cita kemanusiaan yang adil dan beradab tidak terselenggara tanpa tindakan, tanpa perjuangan bersama. Karena itu kita harus melaksanakan tindakan bersama dengan landasan kesadaran kolektif kita sebagai bangsa untuk merubah keadaan.
Kita harus mewujudkan semangat kerakyatan sebagai landasan system kehidupan politik dan ekonomi nasional, untuk mempercepat proses pembebasan bangsa dari kemiskinan dan keergantungan. Dengan dasar itu pula kita mewujudkan persaudaraan sesama bangsa atas dasar persamaan dan keadilan, membangun kesejahteraan sosial. Dengan pendirian tersebut, kita menegaskan penolakan kita terhadap praktek pemusatan kekuasaan politik dan ekonomi, atas nama stabilitas atau pembangunan atau atas nama apapun. Serba pemusatan yang tejadi selama inilah akar ketidak-stabilan dan konflik sosial yang berujung kepada gagalnya usaha mewujudkan keadilan sosial dan pembagunan sejati yang didasarkan peran serta seluruh rakyat. Kesenjangan yang melebar antara sedikit orang yang kaya dan cenderung bertambah kaya dan sebagian besar rakyat yang miskin yang makin terjebak tanpa daya dalam lingkaran kemiskinan, memunculkan keresahan dan ketegangan sosial dan amarah rakyat terhadap situasi ketidakadilan yang berkelanjutan dengan segala akibatnya yang menumpuk. Kesenjangan yang sama juga terjadi antara desa dan kota serta antar daerah. Situasi tersebut menciptakan kecenderungan terjadinya disintegrasi sosial dan semangat kedaerahan yang berlebihan bahkan gerakan sparatis. Pada gilirannya hal itu mengancam keutuhan wilayah dan kedaulatan nasional Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Ketidak-adilan sosial dan kemiskinan missal yang menyertainya, adalah tantangan dan tugas besar kebangsaan kita. Potensi kemanusiaan dari bangsa dengan penduduk besar di Negara berlimpah sumber daya ala mini, sesungguhnya adalah dasar kokoh untuk membangun bangsa yang maju, modern, dan jaya. Namun itu semua tidak berfungsi alam situasi kepincangan sosial yang berkelanjutan tanpa koreksi berarti selama ini.
Akibatnya terjadi proses yang meluas dari pemiskinan missal dan makin parahnya ketertinggalan danketerbelakangan sosial disbanding bansa lain. Ketergantungan menjadi keniscayaan, bahkan untuk urusan primer seperti kecukupan pangan. Kini negeri kita nyaris karam dalam hutang yang menmpuk, menjadi obyek olok-olok dan propaganda kedermawanan pihak asing, yang disaat bersamaan memangsa secara besar-besaran kekayan dan asset nasional, lantaran kelemahan kita.
Karena itu kami bertekad untuk membangun kemandirian. Kami percaya Bangsa Indonesia mampu membangun kemandirian. Kita harus bekerja kearah itu, tidak boleh meneruskan situasi ketergntungan asing yang berkelanjutan. Tanpa kemandirian posisi bangsa akan lemah dalam dunia yang terbuka dan syarat persaingan.
Kehidupan antar bangsa yang terbuka justru harus mendorong tekat untuk membangun pula kekuatan, agar terjadi kesetaraan dalam dunia yang saling bergantung. Kita harus mengatasi posisi bergantung yang melemahkan posisi tawar bangsa dalam pergaulan internasional. Lebih dari itu, kemandirian adalah dasar dari kehormatan dan matabat bangsa. Bangsa yang tergantung kepada sumber daya asing, menjadi obyek belas kasih pihak asing dan mengemis utang saban tahun, tidak mungkin menjadi bangsa yang terhormat dan bermartabat. Kita lantas hanya menjadi bangsa pinggiran yang dinista, menjadi kuli di negeri sendiri dan di negeri orang.
Bangsa Indonesia harus bertekad membangun kekuatan di semua bidang. Kita mengatakan tidak kepada kelemahan dan kepada ketergantungan asing. Dengan kemandirian, bangsa Indonesia harus mampu membengun kesetaraan dalam pergaulan antar bangsa untuk berperan secara terhormat. Dengan kemandirian pula kita dapat ikut memberikan sumbangan bagi terwujudnya tata dunia yang damai dan berkeadilan. Dengan tekad itu kita membangun pula hubungan antar bangsa semangat persaudaraan inter nasional untuk mencegah dominasi politik dan penghisapan ekonomi, mewujudkan cita-cita kemerdekaan Negara dan bangsa Indonesia. (Salam Merdeka...) klik
Browse » Home »
DEKLARASI MERDEKA
» DEKLARASI MERDEKA
Selasa, 13 April 2010
DEKLARASI MERDEKA
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar